Perumpamaan di atas biasa dipakai untuk mengkritik kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat. Banyak yang bilang saat ini kesenjangan antara si kaya dengan si miskin semakin besar. Mungkin itu ada benarnya, tapi saya punya pendapat lain mengenai perumpamaan di atas.
Kaya tambah kaya. Saya rasa ini adalah logis. Orang yang sudah kaya akan lebih mudah memutar uangnya untuk menambah penghasilan. Si kaya bisa saja membeli properti, emas, saham dan produk investasi lainnya untuk menambah kekayaan. Memang ada resiko yang timbul dari investasi ini, tapi dalam beberapa tahun terakhir, produk investasi yang saya sebutkan tadi meningkat hingga beberapa kali lipat dari sebelumnya. Sehingga hal yang wajar jika kekayaan si kaya bertambah.
Dari sisi spiritual, adalah jumlah pemberian dari orang kaya yang terus bertambah. Pertama tentunya adalah si kaya membayar pajak yang sangat besar. Makin besar pendapatannya, makin besar bayar pajaknya. Hasil pajak digunakan untuk pembangunan. Lalu sebagian dari pendapatannya tersebut disumbangkan dalam bentuk zakat dan sedekah. Zakat dan sedekah ini tentunya juga tidak sedikit. Dan sedekah tidak mungkin membuat orang menjadi miskin, malah banyak yang mengatakan bahwa sedekah bisa melipatgandakan rejeki.
Jadi, dengan melihat dari dua sisi yaitu logika dan spiritual, maka adalah hal yang sangat wajar jika si kaya akhirnya bertambah kaya. Ditunjang oleh keberaniannya berinvestasi dan banyak bersedekah, tentunya kekayaannya dapat menjadi berlipat dalam beberapa tahun saja.
Lalu, bagaimana dengan si miskin? Jika dilihat dari kedua sisi di atas, maka si miskin benar-benar menjadi kebalikan si kaya. Si miskin tidak memiliki uang lebih untuk berinvestasi. Uang yang diterimanya langsung dihabiskan saat itu juga. Bukan berarti si miskin ini boros, tapi memang uang yang diterima adalah pas-pasan. Jika sudah demikian, darimana si miskin bisa memiliki kesempatan berinvestasi? Jika tidak berinvestasi apakah bisa menjadi kaya? Tentu tidak!!
Si miskin dilihat dari sisi spiritual juga minim sekali dalam memberi. Malah yang terjadi adalah sebaliknya. Lihat saja beberapa kejadian di negeri ini ketika terjadi pembagian sembako atau bagi-bagi uang dari penderma. Si miskin berebutan antar mereka, sehingga bisa dipastikan bahwa si miskin ini mengambil jatah temannya sendiri. Dan ketika sudah mendapatkan bantuan, maka bantuan tersebut digunakan untuk kepentingan konsumtif dan tidak menjadi produktif.
Si miskin pun rasanya tidak membayar pajak karena pendapatannya di bawah kewajiban membayar pajak. Jikalau pendapatannya lebih pun, si miskin tidak punya akses untuk membayar pajaknya. Dengan demikian tidak ada kontribusinya sama sekali terhadap pembangunan negara.
Jika memang demikian, tidak aneh kan jika kaya tambah kaya dan miskin tambah miskin. Jangan melulu menyalahkan pemerintah, apalagi isu semacam ini biasanya dihembuskan di masa kampanye dan hilang begitu saja ketika pemilu atau pilkada berakhir.
Mungkin kita tidak akan bisa menghambat laju si kaya menambah pundi-pundi kekayaannya, sejauh memang itu wajar diterimanya dan bukan hasil korupsi atau penipuan. Namun kita bisa membantu si miskin untuk tidak tambah miskin dan perlahan-lahan nasib kehidupannya berubah. Untuk itu dibutuhkan bimbingan kepada si miskin untuk mau menyisihkan sedikit pendapatannya untuk berbagi dan juga berinvestasi. Bantuan kepada si miskin bukan lagi berupa bahan kebutuhan pokok tapi berupa modal usaha, bantuan pendidikan kepada anak-anaknya, dan juga bimbingan untuk mengurangi pos pengeluaran yang tak perlu dan dialihkan kepada investasi maupun berbagi.
Memang diakui sulit bagi si miskin untuk berbagi dan berinvestasi. Namun itu harus dilakukan bila nasib mau berubah. Jadi ingat salah satu ayat di kitab suci Al-Quran yang menerangkan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum kaum tersebut mengubah nasibnya sendiri.
Oleh karena itu si miskin harus mengubah diri, dan pemerintah memfasilitasi perubahan tersebut. Hal ideal yang rasanya masih jauh dari negeri ini. Tapi tentunya usaha kesana sudah harus dilaksanakan jika ingin berubah.
Mau kaya? Yuk ikutan lifestyle orang kaya, invest dan berbagi. Itu saja!!
Sabtu, April 24, 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar