Selasa, April 13, 2010

Susno dan Siklus Tujuh Tahunan

Siapa yang tidak kenal Komisaris Jendral Polisi Susno Duadji (Pak Susno) hari ini? Wajahnya hampir selalu muncul di media massa maupun media elektronik dalam beberapa bulan terakhir. Perannya pun berganti-ganti, dari mulai antagonis hingga menjadi protagonis.

Nama Pak Susno mulai dikenal publik sejak kasus cicak-buaya yang melibatkan dua pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kira-kira pertengahan tahun lalu. Kasus ini cukup menarik perhatian publik dan Pak Susno di dalam kasus ini mendapatkan peran antagonis. Dia menjadi orang jahat dalam peristiwa tersebut dan bahkan banyak tuntutan mundur kepadanya dari jabatan yang dipegangnya saat itu, yaitu Kabareskim Polri.

Setelah desakan mundur semakin kuat, Pak Susno akhirnya mundur dan langsung menjadi perwira tinggi biasa tanpa jabatan. Istilah kasarnya, Pak Susno dipinggirkan, tidak diberikan tanggung jawab sesuai karirnya yaitu Jendral Bintang Tiga. Habiskah karirnya? Mungkin iya, tapi dia tidak hilang dari mata publik.

Selang beberapa minggu dari pengunduran dirinya, Pak Susno bersaksi di pengadilan kasus Antasari Azhar mengenai pembunuhan Nasrudin Zulkarnain, lengkap dengan pakaian dinasnya. Kabarnya kedatangan Pak Susno ke persidangan tersebut tidak mendapatkan restu atasannya atau Kapolri saat ini Jendral Polisi Bambang Hendarso Danuri. Media menangkap ulah Pak Susno sebagai ketidakpatuhannya kepada institusi kepolisian. Namun sikap publik kepada Pak Susno mulai meluntur melihat keberaniannya bersaksi yang isinya sangat berbeda dari yang sudah dilontarkan pihak penyidik sebelumnya.

Keterlibatan Pak Susno tidak hanya pada kasus Antasari Azhar. Dia juga terlibat memberikan kesaksian pada kasus Bank Century yang sangat menghebohkan tersebut. Kata-katanya sekali lagi mengungkap fakta baru bagi kasus yang menyeret nama Menteri Keuangan dan juga Wakil Presiden saat ini.

Belum puas bersaksi pada kasus Bank Century, Pak Susno lagi-lagi memberikan informasi yang mengejutkan semua pihak. Dia membeberkan praktek makelar kasus dalam perpajakan. Nama Gayus Tambunan, Bahasyim Assifie dan Syahril Johan menjadi tenar berkat nyanyian Pak Susno dalam beberapa minggu ini. Sejak inilah publik mulai menampakkan simpati kepada Pak Susno.

Tidak berhenti berulah, kemarin Pak Susno akhirnya ditangkap oleh Polri dengan tuduhan melanggar kedisiplinan institusi. Penangkapan ini diliput secara besar oleh media elektronik dan langsung menjadi talkshow di beberapa stasiun televisi yang fokus kepada berita. Meskipun akhirnya Pak Susno dibebaskan empat jam kemudian, namun peristiwa tersebut berhasil menjadi headline kebanyakan media massa nasional. Disinilah popularitas Pak Susno meroket. Beberapa pihak bahkan menyebutnya sebagai "Pahlawan Kejujuran."

Melihat tindak tanduk Pak Susno sebenarnya saya tidak terlalu heran. Hal ini mengingatkan saya pada kejadian di tahun 1996 dan 2003. Ada apa di tahun tersebut?

Tahun 1996 ada peristiwa yang selalu diingat oleh publik, yaitu peristiwa 27 Juli 1996 yang melibatkan partai politik Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dan kabarnya ada pelanggaran Hak Asasi Manusia disana. Peristiwa ini merupakan cikal bakal berdirinya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang hingga saat ini dipimpin oleh Ibu Megawati Soekarno Putri. Peristiwa ini mempopulerkan sekaligus menarik simpati masyarakat kepada Ibu Mega sehingga di pemilu 1999 PDIP berhasil menjadi partai pemenang pemilu dan Ibu Mega hampir saja menjadi Presiden jika tidak dihalau oleh poros tengah saat itu. Ibu Mega akhirnya menjadi Presiden perempuan pertama Indonesia, setelah Majelis Permusyawaratan Rakyat melengserkan Presiden saat itu, yaitu Alm. Abdurrahman Wahid atau yang biasa dikenal dengan Gus Dur.

Tahun 2003 terjadi peristiwa yang menjadi titik balik kepopuleran Ibu Mega. Peristiwa tersebut adalah pernyataan dari Suami Ibu Mega, Taufik Kemas yang mengecam tindakan Menteri Koordinator Politik dan Keamanan saat itu yaitu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Habis dikecam tindakannya, SBY mengundurkan diri sebagai menteri dan konsentrasi membesarkan Partai Demokrat (PD) yang didirikannya beberapa saat sebelumnya. Peristiwa ini menyebabkan popularitas dan simpati masyarakat kepada SBY meroket dan sebaliknya popularitas dan simpati masyarakat kepada Ibu Mega jatuh. Siapa yang sangka bahwa di tahun 2004, SBY dengan kendaraan partainya yang masih baru, bisa menjadi Presiden Republik Indonesia berikutnya?

Peristiwa tahun 1996 dan 2003 berjarak tujuh tahun. Dan sekarang tahun 2010 juga berjarak tujuh tahun dari 2003. Peristiwa apa yang terjadi tahun ini? Apakah peristiwa Pak Susno yang kemarin ditahan oleh institusi kepolisian bisa membuatnya menjadi populer dan meraih simpati masyarakat yang pada gilirannya dapat menjadi calon kuat untuk menjadi Presiden di tahun 2014? Tidak ada yang tahu, tapi fakta sejarah dapat mengindikasikan demikian.

Awalnya saya menduga, ketika Pak Susno mengundurkan diri sebagai Kabareskim dan berbuat berbagai macam ulah yang diliput publik, Pak Susno mengincar jabatan Kapolri karena seakan-akan perbuatannya membuka borok kepolisian saat ini. Namun peristiwa kemarin membuat saya mengubah dugaan tersebut, rupanya bukan jabatan Kapolri yang Pak Susno tuju, melainkan jabatan Presiden Republik Indonesialah tujuan Pak Susno.

Kalau boleh saya sumbang saran kepada Pak Susno, maka saya akan sarankan Pak Susno untuk segera ambil pensiun dini di kepolisian. Kemudian gabung atau dirikan partai politik sendiri sebagai kendaraan Bapak untuk bertarung menjadi RI 1 di tahun 2014. Dengan fakta sejarah dua Presiden Republik Indonesia sebelumnya, Bapaklah yang paling berpeluang menjadi RI 1 di 2014.

Selamat Pak Susno, semoga berhasil di 2014!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar