Senin, Februari 14, 2011

Family Trip to Kuala Lumpur (3rd - Airport)

Tanggal 9 Februari 2011

Hari-H keberangkatan ke Kuala Lumpur. Hari ini jelas cuti karena keberangkatan dari Bandara Soekarno-Hatta adalah pukul 08.30. Dari jam 5 pagi sudah berangkat dari rumah diantar oleh mertua dan istri ke Blok-M karena mau naik DAMRI ke bandara.

Sampai di Blok-M pukul 5 lewat 20 menit, dan hanya menunggu sebentar langsung saja bus DAMRI-nya berangkat menuju bandara. Pukul 1/2 tujuh kurang sedikit sudah sampai di terminal 2D bandara Soekarno-Hatta. Adik saya sudah sampai duluan namun menunggu saya yang memang sudah berada di jalan saat dia sudah hampir sampai bandara. Keluarga yang lain belum sampai karena terjebak macet di tol Cibubur karena baru berangkat pukul 1/2 6 pagi dari rumah.



Sebenarnya saya sedikit kesal dengan kelakuan keluarga saya yang lain tersebut karena mereka tidak print tiket dan datangnya terlambat. Pengalaman ini persis seperti trip sebelumnya dan rupanya mereka tidak belajar dari peristiwa tersebut.

Pukul 08.00 kita sudah melewati imigrasi menuju ruang boarding. Pukul 08.30 tepat pesawat take off menuju Kuala Lumpur. Airasia memang dikenal tepat waktu. Namun kali ini kami tidak mendapatkan snack dan minum gratis.

Pukul 11 lewat 10 menit waktu Kuala Lumpur, pesawat mendarat sempurna di Bandara Low Cost Carrier Terminal (LCCT), Kuala Lumpur. Kami sampai di tujuan kira-kira 20 menit lebih awal dari waktu yang seharusnya. Kesan pertama mengenai bandara LCCT adalah kesederhanaan. Mirip seperti bandara-bandara lain di daerah-daerah. Kami dipaksa jalan kaki sejauh 300 meter kira-kira untuk mencapai imigrasi bandara, dan mengantri sekitar 15 menitan. Tidak terasa ada fasilitas pendingin seperti AC ketika mengantri imigrasi. Bahkan Ibu saya yang pernah ke Malaysia beberapa tahun lalu bilang, "Kok bandaranya beda ya ama yang dulu?" Langsung aja saya menimpali, "Mungkin dulu Mama di KLIA (Kuala Lumpur International Airport), ini kan LCCT, beda Ma!"

Setelah melewati imigrasi, barulah kami masuk ke ruangan yang memiliki pendingin. Disitu kami mengambil bagasi yang sudah teronggok di sekitar belt bagasi. O ya, di LCCT ini toiletnya tidak istimewa tapi cukup bersih. Ada beberapa WC jongkok tersedia disini. WC duduknya pun punya air cebokan yang cukup baik, saya tidak pernah melihat WC semacam itu sebelumnya sepanjang hidup saya.

Setelah ambil bagasi, maka kami langsung menuju tempat skybus. Skybus adalah layanan bus ke bandara mirip bus DAMRI di Indonesia yang diselenggarakan oleh airasia. Makanya tidak heran tiket skybus ini bisa dibeli online berbarengan dengan membeli tiket airasia. Untuk menuju tempat "ngetem"nya skybus (tidak seperti DAMRI yang menunggu penuh penumpang untuk berangkat, skybus berangkat berdasarkan skedul yang sudah ditentukan), kami harus berjalan lagi sekitar 300 meter dari tempat keluar bandara. Petugas skybus yang kami lihat berasal dari ras India yang mencakup pengangkut bagasi, pengecek tiket dan supir.

Untuk keberangkatan kita cukup menaruh bagasi kita di luar bus, dan kita langsung masuk bus saja. Bagasi kita akan dimasukkan ke dalam bus oleh petugas skybus yang standby. Namun jangan harap hal yang sama berlaku ketika sampai, bagasi harus kita ambil sendiri dari tempat bagasi bus. Jadi siap-siap saja.

Hal yang perlu diperhatikan mengenai skybus ketika membeli online adalah print out halaman kedua dari tiket airasia yang menunjukkan detail pembayaran yang kita lakukan. Tanpa adanya print out halaman kedua tersebut maka kita disuruh membayar di tempat sebesar RM 9 (yang memang harganya, namun kalau membeli online cuma perlu membayar RM 15,5 bolak-balik). Adik saya lupa print out halaman keduanya sehingga harus membayar RM 9 per kepala rombongannya. Jadi persiapkan sejak dari rumah ya.

Perjalanan menggunakan skybus ke KL Sentral (terminal terbesar di Kuala Lumpur, gabungan terminal bus, monorail, subway, kereta) kira-kira membutuhkan waktu 45 menit. Kami diturunkan di tempat pemberhentian bus yang tempatnya tertutup di bagian atasnya. Dari situ kami naik taksi ke Tune Hotel dengan menggunakan kupon taksi sebesar RM 13 per taksi. Karena kami saat itu bersembilan ditambah dua orang teman Ibu saya, maka kami membutuhkan tiga taksi untuk ke hotel. Memang dasar taksi di Kuala Lumpur tidak bagus layanannya, supir taksi itu masih meminta RM 2 - 5 lagi ketika menurunkan kami di hotel dengan alasan surcharge bagasi. Emang aneh. Di bagian lain akan saya ceritakan pengalaman kami menggunakan taksi selama di Kuala Lumpur.

Akhirnya menjelang pukul tiga sore kami sampai dan check-in di Tune Hotel Downtown Kuala Lumpur.

12 Februari 2011

Hari terakhir di Kuala Lumpur, malam ini sudah berada di Jakarta kembali. Check out dari hotel pukul 10 paling telat dan baru berangkat dari LCCT pukul 17.25. Ngapain aja ya 7 jam? Inilah ceritanya...

Kita check out pada pukul 09.00 dan menitipkan bagasi ke hotel dengan biaya RM 2 per bagasi. Kami mencari sarapan dan meneruskan belanja sebelum akhirnya pukul 12 lewat kami naik taksi premium dengan membayar RM 20 per taksi. Kenapa bisa hanya dua taksi? Karena taksi premium di Kuala Lumpur beberapa ada berbentuk MPV. Taksi yang kami gunakan untuk pulang menuju KL Sentral ini bentuknya adalah Toyota Innova atau kalau di Indonesia dikenal dengan brand "Kijang". Satu hari sebelumnya, Ibu saya sudah pulang duluan karena ada acara yang tidak dapat beliau tinggalkan di hari berikutnya.

Kenapa kami cuma ke KL Sentral? Masih ingat Skybus? Ya, kami sudah membeli online dan kali ini adik saya sudah print out halaman kedua dari semacam warnet yang ada di mal dekat tune hotel. Jadi perjalanan ke bandara LCCT untuk pulangnya pun kami menggunakan skybus. Kalau kami menggunakan taksi untuk perjalanan ke bandara, maka kami kemungkinan harus menghabiskan lebih dari RM 100 per taksi. Padahal untuk naik skybus sudah termasuk dalam tiket pembelian airasia kami, jadi kami tidak perlu keluar uang lagi karena sudah dibayar sebelumnya.

Pukul 3 kurang sedikit kami berhasil sampai di LCCT. Kebetulan belum makan siang, sehingga kami menyempatkan makan siang dulu di MarryBrown dekat pintu masuk terminal keberangkatan internasional. Sehabis makan kami check-in, melewati imigrasi dan menunggu panggilan boarding. Yang uniknya, selama perjalanan pulang bagasi yang kami bawa tidak pernah melewati pemeriksaan X-Ray. Tak tahu apakah kami yang melewati salah satu prosedur pemeriksaan, tapi memang tidak ada cek X-Ray untuk bagasi kami.

Pukul 17.25 kami boarding dan naik pesawat yang lagi-lagi tepat waktu. Pukul 18.15 kami sudah tiba di Bandara Soekarno-Hatta. Ada kejadian menarik ketika ingin mengambil bagasi. Di keterangan belt bagasi, bagasi yang dari Airasia Kuala Lumpur ada di belt nomor 2, sama dengan belt bagasi penerbangan Singapore Airline dari Singapore. Namun beberapa saat kemudian, belt berubah menjadi nomor 3. Betul-betul impresi yang kurang baik bagi turis yang pertama kali datang ke Jakarta. Satu lagi, dalam perjalan pulang ke rumah saya naik DAMRI dan menunggu di tempat "ngetem" DAMRI di terminal 2F. Saya memilih naik bus jurusan Slipi/Lebak Bulus karena untuk melanjutkan naik taksi ke rumah lebih dekat. Hebatnya bus DAMRI, ketika sampai di terminal 2F masih kosong, sehingga saya bebas memilih tempat duduk. Kemudian bus berputar ke terminal 1 untuk mengambil lebih banyak penumpang. Rupanya setelah terminal 1C penumpang bus belum juga penuh, sehingga ia kembali ke terminal 2F. Sungguh aneh.....kenapa bus semacam DAMRI mirip kaya angkutan umum lain yang berangkat ketika penumpang penuh? Apakah DAMRI tidak memiliki jadwal keberangkatan yang harus dipatuhi? Bandingkan dengan skybus.....silakan saja menilai sendiri.

Ke Jakarta aku kan kembali......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar