Rabu, September 24, 2008

Selamat Jalan Papa




Satu bulan yang lalu, tepatnya tanggal 25 Agustus 2008, pukul 21.10, Papaku, Ir Bustanul Arifin M.Phil.Eng, salah satu dosen teknik metalurgi Universitas Indonesia telah berpulang ke Rahmatullah. Beliau meninggal setelah menderita penyakit Kanker Paru-paru yang mulai diketahui sejak Akhir Februari 2008, atau tepat 6 bulan setelah diketahui bahwa ada kanker di tubuhnya.

Cepat sekali rasanya 6 bulan berlalu sejak kami mengetahui bahwa Papa ada indikasi kanker. Namun anehnya saat itu, yang mendukung pembuktian kanker hanyalah pemeriksaan pada cairan dari paru-paru Papa, pemeriksaan lainnya negatif. Aneh memang, tapi saat itu sudah diketahui bahwa kankernya sudah mencapai stadium 3.

Dengan stadium yang cukup tinggi, maka sudah tidak dapat dilakukan apa-apa lagi selain kemoterapi. Kami sekeluarga tidak ingin Papa menjalankan terapi kemoterapi, karena efek samping dari kemoterapi begitu besar, dan Papa mungkin saja akan lebih cepat drop staminanya jika saat itu menjalankan kemoterapi, paling tidak, itulah yang menjadi bayangan kami saat itu.

Jadilah Papa akhirnya mencari kesana kemari mengenai obat herbal yang katanya mampu mengurangi perkembangan sel kanker, mulai dari kolostrum, obat jepang, dan berbagai macam obat herbal lainnya sudah dicobanya. Hasilnya, memang Papa masih bisa beraktifitas walaupun tidak maksimal hingga pertengan Juli.

Setelah Juli, baru keadaan Papa semakin memburuk. Saya yang tidak tiap hari ketemu Papa karena tinggal di rumah mertua, menyadari keadaannya yang semakin memburuk tiap minggunya.

Mulai dari tidak pergi ke kampus lagi karena staminanya mulai ngedrop, diikuti oleh jalan harus dibantu atau dipapah pada minggu depannya. Minggu berikutnya, Papa mulai menggunakan kursi roda untuk aktifitas di luar tempat tidur, dan terakhir kali di rumah sakit, sekitar satu minggu sebelum kepergiannya, untuk ke kamar mandi di kamar inap rumah sakit, harus menggunakan kursi roda, padahal jaraknya cuma beberapa meter dari tempat tidurnya.

Di minggu terakhir itu, Papa mulai menggunakan terapi kemo selama 3 hari. Memang keadaannya sempat membaik, yaitu sempat melepas O2-nya tanpa merasa sesak. Obat tersebut memang sangat keras, karena bisa langsung mengubah kondisi Papa menjadi lebih baik, dan katanya memang obat tersebut jika diminum secara teratur dalam 10 hari pertama, akan membuat kondisi yang lebih baik secara signifikan.

Namun, malam itu, ketika Saya yang mendapatkan jatah untuk menemani Papa di rumah sakit, Papa rupanya pergi selama-lamanya meninggalkan Kami semua. Saya senang karena Papa pergi begitu tenang, tanpa mengeluh kesakitan, tanpa merasakan penderitaan yang berkepanjangan, dan tanpa mengalami keadaan kritis sama sekali. Sebagai informasi, 1/2 jam sebelum kepergiannya, perawat masih tensi darahnya, dan hasilnya adalah 100/70, hasil yang normal, dan juga hasil 2 jam sebelumnya juga 100/70.

Selama menderita sakit, Papa menjadi orang pendiam, kerjaannya hanya tidur, nunduk dan tidur. Tadinya Saya berpikir Papa shock menghadapi penyakit kankernya, namun rupanya beliau memang merasakan sakit yang amat sangat. Hal itu terlihat dari beberapa kali Papa meringis, namun ketika ditanya, jawabannya selalu bilang sedang tidur, sedang bengong dan sedang lainnya, sehingga kita tidak merasa begitu khawatir akan keadaannya.

Papa memang orang yang tidak mau membuat orang susah. Bahkan Kami yang secara sukarela mau membantunya ketika dia sedang sakit pun, dia lebih memilih merasakan sakit sendirian. Tak pernah sekalipun Saya mendapatkan Papa meringis kesakitan, atau mengeluh karena susah bernapas, walaupun untuk urusan bernapas mungkin lebih terlihat karena beberapa kali beliau tidak bisa tidur gara-gara batuk semalaman.

Mungkin itulah pelajaran terakhir yang Papa berikan ke Saya sebelum kepergiannya, "Jangan pernah menyusahkan orang lain". Dari mudanya Papa memang tidak pernah bergantung kepada orang, malah dia lebih banyak membantu orang.

Selamat Jalan Papa, Saya bangga dengan Papa, semoga Papa tenang beristirahat di sisi Allah.

Ya Allah, ampunilah dosa Papa, tempatkanlah dia di tempat terbaik di sisi-Mu, jadikanlah amal ibadahnya selama hidup menjadi penolong baginya di alam barzah dan alam akhirat nanti, jauhkanlah dia dari siksa kuburmu, dan buatlah agar orang-orang yang pernah dizalimi oleh Papa di masa hidupnya memberikan maafnya ke papa, sehingga Papa meninggalkan dunia ini bersih dari segala dosa dan banyak amal kebajikan....Amin.