Awal Maret lalu, tepat dari tanggal 1 - 3 Maret 2010 saya berkunjung ke daerah kerja perusahaan di tengah laut. Pulang dari sana dan ketika kembali ke Jakarta, kebetulan saya sebelahan dengan seorang karyawan dari tempat yang saya kunjungi dan berbincang-bincang dengannya sepanjang perjalanan. Tidak biasanya saya berbincang begitu lama dengan seseorang yang baru saya kenal, apalagi di dalam perjalanan pesawat terbang baling-baling yang memakan waktu 2 jam 30 menit itu. Inilah ceritanya...
Perbincangan dimulai sebenarnya dengan basa-basi saya ketika dia mengeluarkan buku untuk dibaca. Saya tidak hapal judulnya, tapi menurut dia itu adalah buku bagus. Bahkan katanya ada buku yang lebih bagus lagi. Judulnya Negeri 5 Menara. Saya bilang saya jarang baca novel namun pernah baca Laskar Pelangi yang menurut saya bagus. Dia bilang buku Negeri 5 Menara lebih bagus lagi...
Menurut dia buku itu bercerita tentang 6 orang yang berbeda latar belakang, tapi mempunyai mimpi di 5 bidang berbeda. Dua orang dari 6 orang tersebut memilih bidang yang sama. Mungkin itulah disebut 5 menara. Yang membuat saya takjub, orang tersebut mengaku memiliki 2 buah buku Negeri 5 Menara.....Saya pernah dengar orang nonton bioskop berkali-kali, tapi beli buku sampe 2 dan untuk dibaca sendiri jarang terjadi....bahkan baru pertama kali ini saya mendengar hal tersebut. Begitu baguskah novel ini???
Itu baru satu hal. Ada hal lain yang orang tersebut ceritakan ke saya. Dulu orang tersebut adalah vegetarian ketika masih muda (kalau tidak salah di tahun 90-an), namun berhenti. Saya bertanya, vegetariannya sampai level apa, dia jawab murni vegetarian. Trus kenapa berhenti, dia jawab karena di kerjaan dia waktu itu tidak memungkinkan dirinya tetap menjadi vegetarian. Makanan yang disediakan tempat kerjanya dulu selalu mengandung ayam dan daging, sehingga terpaksa dia berhenti menjadi vegetarian hingga sekarang (walaupun yang sekarang tentunya dia berhenti karena pilihannya). Sebagai orang yang baru mau menjadi vegetarian, saya bertanya kepadanya, apa manfaat yang dirasakan ketika menjadi vegetarian.
Dia jawab, manfaat yang paling utama adalah emosi menjadi stabil. Kita tidak mudah meledak-ledak. Lagipula badan tidak mudah capek. Hm....kenapa saya tidak merasakan perubahan ini ya selama lebih dari 9 bulan menjadi vegetarian? Tapi memang benar, semenjak jadi vegetarian, tidak pernah sekalipun saya marah-marah. Dulu kalau lagi jalan ama istri, dan istri suka telat, lalu kemudian macet, saya suka marah-marah ama istri. Tapi kemarin, diuji dengan keadaan yang sama, sebenarnya sama kesalnya tapi tidak meledak-ledak. Apakah ini manfaat vegetarian?
Dulu setiap sebulan sekali saya minimal satu sampai dua hari ada sakit, tidak enak badan. Apalagi dengan kondisi kerjaan sekarang yang makin menumpuk, harusnya saya semakin tidak berdaya. Namun buktinya, sejak 6 bulan yang lalu saya tidak pernah ijin sakit karena kelelahan. Yang ada adalah sakit karena memang sakit karena virus, dan itu tidak dapat dihindari....Benarkah ini karena vegetarian?
Ada satu hal lagi yang saya pelajari dari orang tersebut. Dia berkata bahwa makanan itu sebenarnya adalah racun bagi tubuh. Dia berkomentar, jika kita lapar, kemudian makan, maka makanan itu baik bagi kita. Tapi jika kita sudah kenyang, kemudian masih makan, maka percayalah bahwa kita itu memasukkan racun ke tubuh kita. Nasehat yang sungguh luar biasa. Jika teringat kata-kata itu kadang-kadang saya melewatkan tawaran dari teman-teman untuk mencicipi makanan yang dia bawa (walaupun beberapa kali suka lupa diri juga....hehehe). Hidup saya walaupun sudah menjadi vegetarian, tapi dalam beberapa bulan ini tidak turun satu kilogram pun. Ini karena saya masih tergoda untuk ngemil di sela-sela jam makan, yang pada hakekatnya saya memasukkan racun ke dalam tubuh saya.
Benar-benar pengalaman yang menarik bagi saya. Orang yang tidak saya kenal tiba-tiba memberikan suatu pelajaran berharga bagi saya. Tapi sayangnya saya sampai saat ini tidak tahu namanya siapa, walaupun ketemu setiap hari ketika saya berkunjung ke tempat kerja di tengah laut itu....
Alangkah bodohnya saya.....namun saya tidak memandang siapa orangnya, lebih ke arah apa yang dinasehatinya.
Terima kasih Pak atas sharingnya selama di Pesawat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar