Sabtu, Mei 28, 2011

Bersyukur Atas Berbayarnya Epaper Kompas

Mulai 1 Mei 2011 membaca kompas secara digital lewat epaper.kompas.com sudah tidak gratis lagi alias bayar. Tarif yang dikenakan adalah Rp 50.000 per bulan atau Rp 500.000 per tahun.

Memang tarif tersebut masih lebih murah daripada langganan koran kompas harian. Tapi saya sebagai orang yang menghargai produk gratisan tidak berminat membayar tarif yang ditentukan tersebut. Akhirnya mulai 1 Mei 2011 saya tidak dapat lagi membaca kompas secara digital.

Namun saya bersyukur dengan ditutupnya layanan epaper kompas secara gratis. Kenapa bersyukur? karena selama ini saya membaca harian kompas hanya mencari promo apa yang sedang ditawarkan para produsen atau distributor saat ini. Misalkan ada promo midnight sale atau launching promo produk elektronik yang tentunya akan membuat istri atau saya datang ke tempat midnight sale atau promo tersebut.

Kali ini hal tersebut tidak terjadi. Contohnya adalah midnight sale Grand Indonesia tadi malam (27 Mei 2011) yang saya dan istri tidak ketahui.

Jadi menurut saya, tindakan kompas dengan menutup akses gratis membaca korannya secara digital malah merugikan pemasang iklan di harian kompas karena promonya tidak dapat terbaca oleh pembaca di ranah dunia maya, yang potensinya sangat luar biasa. Saya yakin pendapatan kompas dari iklan jauh lebih besar daripada pendapatannya dari biaya langganan pembacanya.

Terima kasih Kompas karena sudah memutuskan untuk menerapkan pembayaran atas akses epaper kompas, karena dengan demikian dapat mengurangi pengeluaran saya secara signifikan.

Sekali lagi terima kasih!

3 komentar:

  1. benar juga tuh, padahal kompas iklannya udah banyak masih aja disuruh bayar

    BalasHapus
  2. @kikils, wow punya website yg ngasih gratis epaper beberapa koran dan tabloid. mantap!!!

    BalasHapus
  3. Dulu sy malah pernah dengar, Kompas takkan rugi membagi gratis koran fisiknya selama 20 tahun ber-turut2, landaran kontribusi iklannya, baik kualitas maupun kuantitas. Ya, ternyata, gitulah....

    Buyung Sutan Muhlis

    BalasHapus