Senin, Mei 31, 2010

Premium Dilarang Masuk Jakarta (bagian 4)

Pada bagian ketiga dibahas mengenai reaksi dari berbagai kelompok masyarakat dan beberapa cara menanggulanginya. Pada bagian keempat ini akan dibahas mengenai dampak penghentian suplai premium bagi SPBU Pertamina.

Seperti diketahui, satu-satunya SPBU yang menjual BBM bersubsidi seperti premium adalah SPBU milik Pertamina. SPBU Pertamina sebagian besar dimiliki oleh swasta yang menginvestasikan uangnya untuk membangun SPBU, dan sebagian lagi merupakan investasi murni dari Pertamina. Keuntungan pengelola SPBU adalah margin harga beli dan jual BBM. Sehingga BBM jenis apapun yang dijual, jika dibeli dalam jumlah yang besar, maka keuntungan sudah berada di depan mata.

Dengan dihentikannya suplai premium, maka SPBU Pertamina yang ada di Jakarta akan sama dengan SPBU Shell, Petronas dan Total. Dan yang pasti jumlah kunjungan pembeli ke SPBU semakin sedikit karena memang lebih banyak pembeli yang membeli BBM bersubsidi semacam premium.

Pertamina pun harus lebih pandai mengelola SPBU yang menggunakan label dirinya. Selama ini dengan moto 'Pasti Pas' membuat pembeli seperti saya tetap ke SPBU pertamina untuk membeli BBM, baik subsidi ataupun tidak. Karena SPBU yang dilabeli 'Pasti Pas' dijamin takaran dan kualitasnya pas.

Dengan berakhirnya suplai premium, maka minimal SPBU Pertamina harus memiliki layanan yang sama dengan SPBU lainnya. Beberapa hal yang saya rasa kurang di SPBU Pertamina adalah

1. Sedikit sekali yang menyediakan layanan isi angin ban secara gratis
2. Masih adanya surcharge bagi pengguna kartu kredit walaupun tarifnya berbeda-beda antar SPBU
3. Tidak adanya layanan tambahan bagi pengemudi seperti ngelap kaca
4. Tidak mengarahkan pembeli masuk ke konter mini market (seperti yang dilakukan shell dengan menyediakan layanan pembayaran kartu kredit di konter mini market)
5. Petugas SPBU yang kurang aktif melayani pembeli, berbeda dengan kompetitornya yang seperti sales melihat prospek datang ke tempatnya

Namun hal itu semua masih bisa diubah. Apalagi Pertamina sudah mendapatkan tempat di hati masyarakat. Jika layanannya sama, kenapa harus ke lain tempat? Benar kan?

Jika memang kebijakan yang diusulkan diterapkan oleh pemerintah, maka Pertamina mempunyai waktu 6 bulan untuk berbenah. Tentunya waktu tersebut cukup lama bagi suatu perusahaan kelas dunia seperti Pertamina. Saya rasa dalam waktu 6 bulan Pertamina dapat memperbaiki kinerja SPBU-nya, minimal menyamakan layanan kompetitor, malah kalau bisa melebihi kinerja kompetitornya.

Kesempatan nih buat Pertamina benar-benar Head-to-Head dengan Shell, Petronas dan Total tanpa ada embel-embel jualan BBM Bersubsidi, kecuali solar yang masih disediakan.

Pemerintah....Berani Gak?

Pertamina.....Tunjukkan Nyalimu!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar