Senin, Januari 07, 2008

Coba-coba Lubang Biopori

Gara-gara ada artikel mengenai Biopori di kompas 26 Des 2007 yang lalu, langsung deh gue tertarik ama biopori dan langsung mengecek websitenya dikeesokan harinya.

Beberapa hari kemudian, aku kontak orangnya yang ada di website dan nanya-nanya. Dan tanggal 31 Des 2007 langsung transfer dan diantar barangnya kamis lalu (3 Jan 2008).

Jumat sore baru deh dicoba, karena waktu kamis pas datang barangnya gue gak dikasih tau orang rumah. Langsung deh cari-cari tempat lubang yang cocok, sekalian nanya ama mertua apakah di bawah tanah ini ada kabel atau jaring pipa yang kemungkinan akan dijebol kalau dibor sedalam kurang lebih 1 meter.

Setelah konsultasi tidak begitu lama, akhirnya dimulailah pengeboran lubang pertama. Pertama kali coblos begitu asik, lancar sekali, walaupun ada sedikit batu, tapi aku anggap itu adalah batu hancuran, jadi masih bisa diatasi oleh bor tanah ini. Namun, ketika mencapai kedalaman 30 cm, tiba-tiba kok gak mau turun lagi. Usut punya usut, gak taunya udah kena batu!!! Jadi deh gak mau turun lagi, kecuali mungkin kalo gue paksa, tapi resikonya bornya nanti yang kena....males ah, bornya kan mahal, Rp 175 ribu man...

Sore itu hanya satu lubang yang dibuat, karena udah keburu magrib, maklum, walaupun cuma satu lubang, tapi karena newbie, ya jadinya lama. Blom lagi karena nancep di batu ya gak turun-turun bornya.

Langsung saja lubangnya diisi daun-daun kering, dan langsung makan jeruk mandarin yang ada di rumah, dan kulit beserta bijinya dibuang ke dalam lubang. Jadi deh satu lubang biopori, walaupun cuma kedalaman 30 cm dengan diameter 10 cm.

Besok paginya lanjut lagi membuat lubang. Cuma ya kali ini gak beda jauh dengan yang pertama, tetap saja kedalaman lubangnya gak jauh-jauh dari 30 cm. Yang satu lebih dalam sedikit yaitu 40 cm dan yang satu lebih cetek dikit yaitu 20 cm. Begitu konsultasi ama orang bioporinya, dia curiga kalau tanah di lokasi rumah saya adalah tanah urukan. Dan ternyata memang tanah urukan. Wah, kalo gitu di jakarta kan rata-rata tanah urukan, berarti untuk efektif harus sampai 3x lebih banyak bikin lubang dibanding lubang biopori standarnya.

Esoknya juga lanjut membuat lubang, karena ketiga lubang udah hampir penuh (rupanya pembantu di rumah disuruh ama mertua untuk ngebuang sisa sayuran ke dalam lubang). Jadi deh nambah lagi, kali ini ngebuat 2 lubang yang dalamnya 40 cm dan 30 cm. Trus begitu memadatkan sampah, rupanya sampah organik baru mengisi 1/2 lubang. Berarti masih cukup donk ditambah 2 lubang lagi, paling gak bertahan 1-2 hari.

Hm, nanti mau nambah lubang lagi ah, tapi konsultasi lagi ama mertua daerah mana yang gak ada kabel atau pipa di dalamnya. Tapi pengen cepat-cepat weekend nih, biar bisa coba di rumah ortu daerah ciangsana, mungkin disitu tanahnya lebih enak dibornya. Semoga!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar