Jumat, Juli 30, 2010

Menyambut Baik Sterilisasi Jalur Busway

Berbagai berita mengenai kemacetan di Jakarta banyak menghiasi media cetak dan elektronik satu minggu terakhir ini. Konon kabarnya menurut hitungan luas kendaraan berbanding dengan luas jalan, Jakarta akan mencapai macet total satu atau paling lama dua tahun lagi, wow!!! Banyak wacana berkembang, mulai dari memindahkan ibukota Indonesia ke kota lain, hingga pembatasan kendaraan bermotor beroda dua. Namun aksi nyata yang akan dilakukan pemerintah adalah sterilisasi jalur busway mulai hari Senin tanggal 2 Agustus 2010 nanti.



Memang banyak sekali orang yang tiba-tiba jadi sangat pakar jika membicarakan masalah macet. Idenya bisa bermacam-macam, seperti subway, monorail, pencabutan subsidi BBM, atau optimalisasi kereta rel listrik. Semua memang bisa mengurangi kemacetan di Jakarta. Pertanyaannya adalah BAGAIMANA CARANYA?

Monorail kita tahu sendiri pembangunannya mandek. Tiang-tiang monorail berjajar rapi sepanjang Jalan Rasuna Said, Kuningan dan di belakan gedung DPR/MPR. Kabar yang beredar, kontraktor tidak memiliki uang lagi untuk meneruskan pembangunan bahkan kontraktor tersebut menuntut pemda DKI Jakarta untuk memberikan ganti rugi atas pembangunan yang mandek tersebut.

Subway memang belum mandek, tapi kabar yang beredar paling cepat bisa beroperasi di tahun 2016. Rencana jalurnya pun sungguh muluk, dari Lebak Bulus sampai dengan Dukuh Atas. Kalo dilihat jalur yang akan dilewati, maka akan melewati perumahan dan gedung-gedung bertingkat. Tahu sendiri kan perumahan dan gedung bertingkat di Jakarta banyak yang menggunakan Jet Pump untuk sumber air, sehingga bisa jadi penggalian subway akan menemui hambatan, kecuali letaknya bisa jauh di bawah 100 meter dari permukaan tanah, dimana akan sangat panas dan memerlukan energi yang besar hanya sekedar orang di dalamnya bisa bernapas dengan santai.

Rencana pencabutan subsidi BBM pun dilakukan setengah hati. Pemerintah maunya rakyat sadar sendiri untuk tidak menggunakan BBM bersubsidi. Analoginya anda masuk ke restoran yang nyaman, lalu ada menu yang sangat murah di situ, menu tersebut tergolong enak di mulut walaupun bukan yang terbaik. Anda bebas memilih menu tersebut sesuka anda di restoran yang nyaman tersebut. Harganya pun sama murah dengan harga menu di warung pinggir jalan. Lalu di restoran yang sama juga ada makanan yang memang lebih enak tapi jauh lebih mahal. Jika anda sehari-hari ke restoran tersebut, menu mana yang anda pilih?

Hal yang sama terjadi dengan subsidi BBM tersebut. Dengan membeli BBM yang lebih murah (bersubsidi) rakyat bisa menikmati hal yang sama jika ia membeli BBM yang lebih mahal (non-subsidi). Rakyat bisa menikmati dinginnya AC, merdunya suara musik, empuknya jok mobil hingga rasa aman yang tinggi. Jika memilih BBM yang non-subsidi pun kenyamanan yang dinikmati juga sama saja. Lalu kenapa milih yang non-subsidi yang harganya lebih mahal? Apalagi jika disuruh memilih menggunakan angkutan umum yang ujung-ujungnya biaya yang dikeluarkan sama saja tapi kenyamanan berbeda bagai langit dan bumi.

Semua wacana di atas memang dapat diwujudkan, namun dengan syarat dan ketentuan yang sangat berat. Syarat pertama yang paling pokok adalah rakyat sudah sadar akan aturan dan mengerti kesulitan pemerintah. Syarat ini saja sudah gugur dari awal karena memang bisa dibilang sangat sedikit yang memenuhi syarat ini dan ujung-ujungnya mereka yang melakukan ini adalah rakyat-rakyat yang bisa dibilang rela berkorban demi orang lain maupun demi negara. Jumlah rakyat seperti ini bisa dihitung dengan jari, bahkan belum tentu satu orang pun anda temui di sekitar lingkungan anda.

Berarti semua wacana di atas tidak mungkin diwujudkan donk? Sebenarnya bisa aja. Pemerintah itu memiliki satu yang tidak dimiliki kebanyakan orang. Yaitu kekuasaan. Jika kekuasaan digunakan secara benar, maka akan mensejahterakan rakyat yang dipimpinnya. Jika kekuasan digunakan sebaliknya, maka kesemrawutan akan semakin menjadi-jadi. Kekuasaan itu dapat dilakukan dalam hal penegakan aturan. Aturan di jalan raya Jakarta yang paling bisa ditegakkan terlebih dahulu adalah sterilisasi jalur busway. Oleh karena itu saya menyambut gembira rencana pemda DKI dalam usaha sterilisasi jalur busway tersebut. Namun saya berharap usaha sterilisasi ini dilakukan secara terus-menerus, tidak angin-anginan karena kemacetan sudah begitu disorot oleh media, dan dilakukan perbaikan secara bertahap operasional busway.

Satu-satunya harapan yang ada dan masuk akal saat ini untuk mengurangi kemacetan dan pengurangan subsidi BBM adalah busway. Optimalkan jalur tersebut, maka saya yakin akan banyak orang yang menggunakannya. Optimal itu harus mencakup kecepatan, ketepatan, dan kenyamanan. Tiga hal yang selalu dituntut oleh pengguna jalan di Jakarta, dan ketiga hal tersebut yang selalu tidak ada di kendaraan umum.

Pak Fauzi Bowo, sebenarnya tugas anda saat ini agak ringan. Karena banjir sedang tidak menghantui Jakarta. Anda memiliki waktu 6 bulan sebelum banjir mengancam Jakarta kembali. Oleh karena itu, perbaikilah operasional busway selama 6 bulan ke depan. Kerahkan seluruh petugas di jalanan untuk mensterilkan jalur busway. Lakukan pembelian bus-bus busway. Perbaiki jaringan pengisian gasnya dengan melakukan kerjasama dengan pemerintah pusat. Anda tentunya tidak akan mau dikenal hanya sebagai gubernur Jakarta yang memiliki kumis tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Anda memiliki kekuasaan. Gunakanlah itu!! Cukuplah berleha-leha selama ini!! Mari kita bekerja keras membenahi kemacetan!! Beruntunglah Anda karena busway sudah ada ketika anda menjabat!! Manfaatkanlah itu!! Kali ini, jangan lagi Anda setengah hati!!

Lalu, ketika operasional busway sudah optimal, maka segala program Anda akan berjalan lancar. Mau menaikkan tarif parkir? Silakan!! Mau menaikkan pajak kendaraan bermotor? Silakan!! Mau mencabut premium dari Jakarta? Silakan!! Mau ngelanjutin monorail lagi? Silakan!! Asal jangan sekali-sekali anda naikkan tarif busway karena busway yang berjalan optimallah yang akan membuat anda masih mempunyai kans di tahun 2012 untuk tetap menjabat jadi Bapak Gubernur.

Jika tidak....maka adios amigos, bye bye friend....anda tidak akan dipilih lagi, bahkan anda akan dicerca rakyat Jakarta sebagai Gubernur yang paling tidak becus mengurus kotanya.

Selamat berjuang Pak Gubernur!!!

3 komentar:

  1. ngomong-ngomong mengenai alternatif bertransportasi, saya liat review mas yang lama untuk sepeda listrik betrix ice. bagaimana nasibnya sekarang mas? pendapat mas ttg penggunaannya bagaimana? soalnya saya ingin mencoba menggunakan sepeda listrik jg. trims.

    BalasHapus
  2. @Anonim....

    Kalo mau alternatif transportasi maka bukan hanya sepeda listrik yang dijadikan pilihan, sepeda biasa malah lebih bagus karena lebih enteng dan lebih fleksibel. Saran saya kalo mau menggunakan untuk kebutuhan sendiri (misalnya ke kantor) maka lebih baik memilih sepeda biasa. Tapi jika digunakan untuk kepentingan membawa barang atau mengantar anak-istri, maka sepeda listrik menjadi pilihan yang cukup baik.

    Saya ketika berpergian sendiri, maka saya lebih memilih menggunakan sepeda biasa, namun ketika mengantar-jemput seseorang atau membawa barang yang cukup berat, barulah sepeda listrik saya gunakan.

    Nasib betrix ice saya sampai sekarang masih berfungsi dan masih digunakan (akhir-akhir ini agak jarang karena sering hujan)

    BalasHapus
  3. ok mas, terima kasih atas sarannya.
    saya sendiri suka dan selama ini naik sepeda biasa, tetapi untuk jarak yang lumayan jauh, jadinya terlalu melelahkan. karena itu saya mencari yang tidak full manual. antara sepeda motor atau sepeda listrik.

    BalasHapus