Boy, 28 tahun, 8 bulan lalu baru saja menikahi gadis pilihannya, Tiara, 26 tahun. Setelah menikah mereka tinggal di rumah orang tua Tiara yang berada di tempat yang cukup strategis karena hanya beberapa kilometer dari pusat kota Jakarta.
Sebagai pasangan muda, tinggal di rumah orang tua ada baik dan buruknya. Baiknya, kita selalu dekat dengan keluarga dan juga pengeluaran harian dapat ditekan karena untuk urusan bulanan biasanya masih banyak mendapatkan subsidi. Buruknya, bila hal tersebut berlanjut, maka ada kemungkinan pasangan muda ini tidak mandiri karena terlalu nyaman mendapatkan subsidi dari orang tuanya.
Menimbang baik buruknya jika terus menetap di rumah orang tua, maka pasangan ini melakukan perhitungan mengenai projected cash flow mereka dalam lima tahun ke depan. Setelah dilakukan perhitungan dengan beberapa asumsi yang disepakati, maka dapat disimpulkan bahwa pasangan tersebut dapat menghemat dengan jumlah yang cukup signifikan bila tetap di rumah orang tua. Penghematan tersebut bila dikumpulkan dalam waktu lima tahun dapat digunakan sebagai uang muka membeli properti di kawasan yang cukup strategis, tentunya dengan menggunakan asumsi bahwa dalam lima tahun ke depan nilai properti pun juga sudah merangkak naik.
Dilihat dari potensi tersebut, maka keputusan untuk tetap tinggal di rumah orang tua cukup menggiurkan. Namun pasangan ini juga berasumsi bahwa jika mereka memiliki tabungan uang yang cukup besar, maka ada kemungkinan uang tersebut bukannya disimpan untuk kepentingan membeli properti tetapi malah digunakan untuk membeli barang-barang konsumtif yang mempunyai nilai semakin menurun seiring berjalannya waktu. Mungkin saja pasangan ini mempunyai barang elektronik mewah, atau membeli fashion dan gadget terkini, atau bisa juga mengganti kendaraan dengan yang lebih baru walaupun yang lama masih layak digunakan dengan alasan sudah tua.
Bila hal tersebut yang terjadi, maka ada kemungkinan properti yang diidam-idamkan tidak mampu diperoleh dalam beberapa tahun ke depan karena memang uangnya sudah terpakai untuk membeli hal yang lain di luar rencana semula. Godaan menggunakan uang untuk kepentingan yang lain tersebut sangat besar walaupun mereka bertekad untuk konsisten.
Untuk itu, pasangan muda ini kemudian memutuskan untuk membeli properti yang ada di Jakarta dan sekitarnya dengan tujuan untuk menggunakan uang secara disiplin agar tidak habis untuk hal-hal yang dianggap kurang penting. Pasangan ini menyadari bahwa saat ini mereka hanya mampu membeli properti di tempat yang kurang strategis walaupun mereka mendapatkan subsidi uang muka dari orang tua. Setelah kembali melakukan perhitungan projected cash flow, maka didapatkan jumlah cicilan per bulan maksimum yang masih dapat dipenuhi oleh pasangan tersebut. Dengan suku bunga yang berlaku saat ini, pasangan tersebut dapat mengetahui plafon harga properti yang ingin dibelinya.
Dengan plafon harga yang sudah didapatkan, maka saat itulah pasangan ini dapat mulai mencari properti yang sesuai keinginan. Kriteria pemilihan properti pun mulai ditetapkan. Kriteria-kriteria tersebut adalah:
1. Lokasi
Walaupun mengetahui bahwa mereka tidak akan mendapatkan lokasi yang sangat strategis karena mempunyai budget yang terbatas dan sadar diri, tapi mereka berusaha untuk men-dapatkan lokasi yang paling strategis dengan budget tersebut.
2. Kenyamanan
Semakin nyaman tentu semakin baik. Kenyamanan ini tentunya banyak yang harus dapat dipenuhi, mulai dari bebas banjir, keamanan yang terjamin hingga suasana tempat yang menye-jukkan. Di samping itu, fasilitas publik yang memadai menjadi standar minimal.
3. Harga
Biarpun dari awal sudah ditentukan budget maksimumnya, tetap saja harga menjadi bahan pertimbangan. Dengan melakukan survey terhadap lokasi fisik dapat diketahui apakah harga yang ditawarkan sesuai, kemahalan atau kemurahan dengan fasilitas yang ditawarkan.
4. Keluarga
Tidak dapat dipungkiri, walaupun keputusan membeli properti merupakan keputusan pasangan ini, tapi pengaruh keluarga pun juga masuk menjadi salah satu kriteria penilaian.
Setelah mengetahui kriteria yang diinginkan, maka pencarian tempat properti pun menjadi aktifitas berikutnya. Pameran properti, media massa dan media elektronik dapat dijadikan rujukan untuk tempat pencarian properti. Dari situ dapat dipilah-pilah properti mana saja yang masuk dalam budget dan yang tidak masuk dalam budget. Tentunya properti dengan lokasi yang sangat strategis dan harga yang jauh melebihi budget langsung masuk kotak. Demikian juga dengan lokasi yang sangat tidak strategis tanpa harus melihat harga.
Diharapkan dengan memperoleh banyak informasi mengenai properti, dapat dipilih beberapa kandidat terbaik yang masuk budget, juga mempunyai lokasi dan kenyamanan yang masih dapat ditolerir. Dari beberapa kandidat tersebut dapat dilakukan seleksi berdasarkan kriteria-kriteria yang ada dengan memprioritaskan kriteria-kriteria yang ditentukan sebelumnya sebagai bahan pertimbangan.
Mungkin saja pasangan tersebut memilih kriteria harga sebagai kriteria utama. Dilanjutkan dengan kriteria lokasi dan kemudian kriteria kenyamanan. Namun jangan juga dilupakan kriteria keluarga. Walaupun dianggap keluarga hanya untuk mempengaruhi, tapi kadang dapat juga menjadi kriteria paling utama. Bisa saja pilihan sudah diputuskan, namun dibatalkan karena orang tua tidak setuju dengan pilihan tersebut.
Memang, memilih properti tidak semudah yang dibayangkan, karena harus mempertimbangkan berbagai faktor termasuk faktor kecocokan. Walaupun sudah berusaha untuk memilih secara sistematis berdasarkan kriteria yang disepakati dari awal, tetap saja, intuitif seseorang yang menentukan apakah keputusan membeli akhirnya dilakukan atau tidak.
Jumat, Februari 15, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar