Selasa, April 26, 2011

Perbandingan Biaya Memiliki Mobil dengan Menggunakan Taksi

Melihat judul tulisan ini mungkin anda berpikir bahwa saya kurang kerjaan. Bisa saja anda benar, tapi saya hanya ingin mengingatkan kepada anda bahwa memiliki mobil kadang bukan merupakan keputusan terbaik jika dilihat dari segi ekonomi.

Saya yakin anda berkomentar, "Saya selama ini menyetir mobil sendiri lebih murah kok daripada naik angkot, apalagi kalo dibandingkan dengan naik taksi, pastilah punya mobil sendiri lebih murah." Iya, mungkin memang lebih murah, tapi harus dibuktikan dulu donk, kan kita berbicara berdasarkan fakta dan bukan berdasarkan perasaan.


Mari kita mulai analisa perbandingan ini. Untuk supaya apple to apple, maka saya akan bandingkan biaya menggunakan taksi dan mobil yang setara dengan taksi. Tentunya anda tau mobil apa yang paling banyak digunakan untuk taksi. Ya betul! mobil Toyota Vios terbarulah yang paling banyak dan paling mirip (karena namanya Toyota Limo) digunakan untuk Taksi.

Untuk meyakinkan bahwa saya mengambil data yang benar, maka akan saya ambil harga terkini Toyota Vios. Saya akan memilih Toyota Vios G M/T yang saya yakin lebih banyak dipilih oleh sebagian orang daripada jenis lainnya. Mobil jenis itu di website Toyota pada saat diakses tanggal 26 April 2011 adalah Rp 225.400.000, atau disederhanakan menjadi Rp 225 juta.

Saya akan memulai perbandingan dari sejak anda memiliki mobil dengan anda yang sama sekali tidak memiliki mobil namun ingin merasakan nikmat yang sama dengan memiliki mobil atau dengan naik taksi. Jadi, saya tidak akan memasukkan cicilan anda per bulan di perhitungan ini karena nanti tidak Apple to Apple seperti keinginan kita bersama.

Untuk memudahkan perhitungan, mari kita mulai dengan biaya menggunakan taksi. Secara garis besar ada dua tarif taksi yang berlaku di Jakarta saat ini, yaitu tarif Blue Bird dan tarif non Blue Bird. Saya tidak akan menyertakan tarif taksi premium karena untuk perbandingannya kita membutuhkan mobil yang harganya premium seperti Mercedez Benz atau Toyota Alphard. Lagipula pemilik mobil premium semacam ini tidak lagi memperhitungkan biaya transportasi karena uangnya sudah cukup berlimpah.

Tarif taksi Blue Bird adalah Rp 3000 per km sedangkan taksi non Blue Bird adalah Rp 2500 per km.

Sedangkan untuk memiliki mobil Toyota Vios selama satu tahun, inilah biaya yang perlu dikeluarkan oleh masing-masing pemilik.

1. Biaya STNK atau Pajak Kendaraan.
Biaya ini seharusnya 1,5 % dari harga kendaraan, sesuai ketentuan pajak progresif yang baru saja berlaku di tahun 2011 ini. Jika melihat harga mobil Rp 225 juta, maka biaya STNK mencapai Rp 3.375.000

2. Biaya Asuransi Kendaraan.
Biasanya rate asuransi kendaraan bermotor all risk adalah 3% per tahun. Dengan harga Rp 225 juta, maka biaya asuransi all risk adalah Rp 6.750.000

3. Biaya Perawatan Kendaraan.
Kebetulan saya tidak dapat data perawatan secara menyeluruh karena saya sendiri bukan pemilik Toyota Vios. Namun jika melihat website ini maka saya perkirakan bahwa biaya perawatan berkala Toyota Vios per km-nya adalah Rp 80 (Rp 8.000.000 per 100.000 km) selama masih masa garansi. Jadi saya asumsikan bahwa biaya perawatan adalah Rp 80 per km. O ya ada lagi biaya penggantian keempat ban. Biasanya untuk mengganti keempat ban diperlukan jarak sekitar 50.000 km. Harga ban 15 inchi standar saat ini yang saya ketahui berada pada harga Rp 600 ribu per ban. Artinya jika 4 ban membutuhkan biaya Rp 2,4 juta. Dibagi 50.000 km maka butuh biaya Rp 48 per km atau dibulatkan menjadi Rp 50 per km. Ditambah biaya perawatan di atas, maka biaya perawatan kendaraan plus penggantian ban adalah Rp 130 per km.

4. Biaya Bahan Bakar Kendaraan.
Untuk biaya BBM yang dipakai sebagai perbandingan adalah BBM jenis non subsidi. Harga BBM non subsidi per tanggal 26 April 2011 ini adalah di sekitar Rp 8.600 per liter untuk jenis pertamax. Untuk Toyota Vios secara rata-rata pemakaian bahan bakarnya adalah 1 : 10, tentunya bisa lebih tinggi atau lebih rendah tergantung pemakaian, tapi rata-rata mobil di Jakarta pemakaian bahan bakarnya adalah 1 : 10. Untuk memudahkan perhitungan, biaya BBM non subsidi untuk mobil ini adalah Rp 860 per km.

5. Biaya Depresiasi Kendaraan.
Tak bisa dipungkiri bahwa jika suatu saat kita akan menjual mobil yang kita gunakan harganya pasti akan lebih rendah daripada saat kita beli dahulu. Tentu hal ini tidak berlaku kepada dua jenis mobil yang sangat laku keras di tanah air, yaitu Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia. Namun untuk contoh kita saat ini adalah Toyota Vios, dan depresiasi harga jual berlaku kepada mobil ini. Untuk memudahkan perhitungan maka depresiasi harga jual Toyota Vios ini adalah 10 % per tahun atau Rp 22,5 juta per tahun.

6. Biaya Supir Pribadi.
Demi mencapai Apple to Apple, maka ada tambahan biaya supir ketika memiliki mobil pribadi. Ini karena saat kita naik taksi, maka kita pun disupiri oleh supir taksinya. Biaya memiliki supir pribadi di Jakarta saat ini berkisar Rp 1 juta per bulan. Untuk satu tahun, termasuk biaya THR, maka akan menghabiskan uang sekitar Rp 13 juta per tahun.

7. Biaya Parkir.
Bagi yang kerja kantoran dan parkir ditanggung sepenuhnya oleh kantor, maka mungkin biaya parkir menjadi tidak relevan. Namun tunggu dulu, biasanya tiap weekend kita akan menghabiskan waktu di mal seharian. Dengan adanya dua hari libur tiap minggu, dan biaya parkir di mal rata-rata Rp 10.000 per hari, maka per minggu akan keluar biaya parkir sebesar Rp 20.000. Untuk satu tahun atau 50 minggu maka akan keluar biaya sebesar Rp 1 juta. Belum lagi jika hanya mendapatkan subsidi parkir dari kantor, maka akan keluar biaya parkir yang lebih mahal lagi. Kira-kira 4 tahun lalu biaya parkir di Gedung BNI 46 untuk karyawan yang disubsidi kantor adalah sekitar Rp 1 juta per tahun. Mengingat tidak ada kenaikan biaya parkir yang signifikan dalam 4 tahun terakhir, maka biaya parkir tahunan di kantor tersebut masih sekitar Rp 1 juta. Dengan demikian untuk biaya parkir di kantor maupun di mal ada biaya sebesar Rp 2 juta per tahun.

Masih ada lagikah biaya memiliki mobil per tahunnya? Tentu masih, tapi kebanyakan tidak dimasukan sebagai perhitungan, seperti modifikasi eksterior maupun interior, biaya tol (taksi juga bayar tol), biaya cuci mobil (toh sudah ada supir), dan biaya kena tilang polisi....:D

Ok, mari kita hitung biaya yang sudah tetap (fixed) dari ke-7 biaya di atas. Biaya fixed itu adalah :
1. Biaya STNK
2. Biaya Asuransi
3. Biaya Depresiasi
4. Biaya Supir
5. Biaya Parkir

Kelima biaya di atas per tahunnya berjumlah : Rp 47.625.000

Lalu kita hitung juga biaya yang merupakan variabel, yaitu
1. Biaya Perawatan
2. Biaya BBM

Untuk perawatan adalah Rp 130 per km, sedangkan BBM adalah Rp 860 per km. Dengan demikian kedua biaya variabel ini berjumlah Rp 990 per km atau dibulatkan menjadi Rp 1.000 per km

Dari sini kita dapat mencari titik temu jumlah kilometer yang ditempuh jika biaya menggunakan taksi dan memiliki mobil memiliki nilai yang sama. Persamaannya adalah

Biaya Taksi Blue Bird = Biaya Mobil Pribadi
3.000 x (jml kilometer) = 1.000 x (jml kilometer) + 47.625.000
2.000 x (jml kilometer) = 47.625.000
jml kilometer = 23.813

atau

Biaya Taksi Non Blue Bird = Biaya Mobil Pribadi
2.500 x (jml kilometer) = 1.000 x (jml kilometer) + 47.625.000
1.500 x (jml kilometer) = 47.625.000
 jml kilometer = 31.750

Dari sini terlihat bahwa jika anda memiliki mobil sendiri, maka anda harus menggunakannya mobil anda minimal 20.000 km per tahun jika ingin biaya yang anda keluarkan lebih murah daripada menggunakan taksi.

Jadi, silakan lihat odometer mobil anda sekarang. Apakah rata-rata per tahunnya lebih dari 30.000 km? Jika iya, maka berarti keputusan anda untuk membeli mobil pribadi sekelas Toyota Vios sudah tepat, karena biaya yang anda keluarkan lebih efisien daripada menggunakan taksi non Blue Bird sekalipun. Jika anda cuma menggunakan mobil anda per tahun kurang dari 20.000 km, maka lebih baik anda memilih menggunakan taksi karena lebih ekonomis daripada memiliki mobil sendiri.

Mungkin asumsi saya di atas menurut anda agak sedikit berlebihan. Tidak apa-apa, anda bisa saja mengemukakan pendapat anda. Saya hanya membandingkan Apple to Apple antara taksi dengan mobil pribadi. Komponen biaya tetap mungkin anda anggap sangat besar, tapi coba anda hitung, dengan depresiasi harga jual hanya 10% itu sudah termasuk sangat rendah depresiasinya. Jadi anda bisa menyiasati dengan membeli mobil bekas, karena secara nilai depresiasi harga jualnya turun tidak terlalu jauh daripada mobil baru.

Atau mungkin anda bilang, biaya supir tidak diperlukan.....tapi lagi-lagi, jika itu dihilangkan maka tidak Apple to Apple :D.

Jadi saat ini pertanyaannya adalah :

Apakah memang anda benar-benar butuh mobil?

Silakan dijawab dengan pemakaian kendaraan pribadi anda per tahun!

11 komentar:

  1. Complete analysis pak Boy:)

    Sangat menarik!

    Untuk orang yg baru akan beli mobil dan ingin memutuskan apakah perlu beli mobil (karena mobilnya belum ada maka belum bisa liat meteran di odometer), mungkin perlu ditambahkan 23,813 km itu seberapa jauh?

    Jika dalam setahun akan menggunakan mobil selama 350 hari (extreme, hampir tiap hari menggunakan mobil) artinya sehari harus menempuh jarak 68km (23,813/350).

    Diasumsikan 68km per hari itu PP, artinya sekali jalan 34km.

    34km itu kurang lebih jarak dari BSD ke kantor pak Boy di Cilandak. Atau jarak dari Ancol ke terminal Ciputat (ujung utara ke ujung selatan Jakarta)

    Jadi jika saya boleh perpanjang lagi, selama rumah dalam kota Jakarta, mungkin lebih murah naek taxi saja.

    PS: Naik busway jauuuuuh lebih murah :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anda tinggal di Jakarta ya? Memang di Jakarta, kemana mana terasa jauh. Ditambah lagi dengan kondisi lalu lintas yang padat, sering macet, dll. Saya punya famili yang tinggal di Jakarta bagian barat, Kepaduri. Kakak sepupu dan Kakak ipar saya bekerja sebagai dokter di RS di Jakarta Pusat seperti RS Cipto Mangunkusumo, dll. Mungkin dalam sehari mobil mereka bisa menempuh jarak lebih dari 70 Km "cuma" untuk kebutuhan mobilitas rutin mereka. Mungkin rata2 ongkos BBM nya saja sudah lebih dari Rp 4000000 per bulan.

      Hapus
  2. @bbagamon thanks atas komentarnya.

    Setuju, selama tempat tinggal di dalam kota Jakarta (kos, rmh ato apartemen) maka sebaiknya tidak perlu memiliki mobil :D. Lagipula iklan2 apartemen di tengah kota kan mengedepankan kemudahan akses. Kalo akses udah mudah, buat apalagi punya mobil? bener gak? hehehe

    Kalo naek busway gak apple to apple donk Om Hadi....hehehe

    BalasHapus
  3. kalau begitu, jangan beli Vios, tapi yang lebih murah.

    BalasHapus
  4. Misalnya, kalau kita ingin ke Puncak atau ke Bandung, enakan pakai mobil pribadi buat berpindah-pindah antar tempat. Dan biayanya, jauh lebih murah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi, saya belum pernah lihat atau mengetahui orang yang berwisata keluar kota dengan jarak tempuh lebih dari 40 Km dengan menggunakan jasa Taksi reguler.

      Hapus
  5. asalamkum...
    mau nanya bos btw kalo biaya operasional KIR sama izin usaha taksi 2011 tau ngga? bantuanya lah yah ,kalo sempet bales ke e-mail saya autorunexe@ymail.com

    BalasHapus

  6. terima kasih atas informasinya..
    semoga dapat bermanfaat bagi kita semua :) Judika

    BalasHapus
  7. Wah, saya benar2 senang dan sangat menghargai artikel anda tentang ke ekonomisan dalam menggunakan kendaraan dalam kehidupan sehari hari. Memang kok banyak diantara kita yang mengira ongkos naik Taksi jauh lebih mahal daripada naik mobil pribadi. Tetapi, setelah dihitung2 lagi dengan mempertimbangkan ongkos perawatan mobil, asuransi mobil, dll sebenarnya total ongkos naik Taksi dengan kendaraan pribadi sebenarnya cuma beda2 tipis. Tidak banyak orang yang menyadari hal tersebut. Terima kasih banyak atas masukan nya. Semoga semakin banyak orang yang memahami hal ini. Saya beri 2 acung jempol untuk artikel anda yang 1 ini. :-)

    BalasHapus
  8. Naik sepeda saja biar lebih sehat dan efisiensi :)

    BalasHapus