Rabu, Februari 20, 2008

Mainan Baru: Motret-motret




Udah 2 minggu ini gue dapat maenan baru, yaitu motret-motret. Modalnya adalah Kamera Merk Brica yang punya kemampuan maksimal sampai dengan 5 MegaPixel. Lumayanlah, walaupun gak ada optical zoom tapi ini lebih dari cukup bagi gue.

Kamera itu gue dapat dari istri. Awalnya sempat bilang ke istri kalo gue pengen banget punya kamera. Gak perlu yang canggih-canggih, asal bisa buat motret aja dah cukup kok. Eh kebetulan istri punya kamera Brica itu yang dibelinya 2 tahun lalu tapi jarang sekali dipake. Jadi deh gue coba kameranya. Dengan modal batere AAA yang kebetulan gue punya mulailah gue jepret-menjepret. Tapi rupanya kamera ini rakus makan batere. Dan kalo harus beli batere AAA terus paling gak setiap sekali dua hari, tekor juga. Kan harga batere AAA untuk merek Energizer sekitar 11 ribu rupiah sepasang.

Begitu tahu harganya segitu, langsung mencoba mencari batere charger. Harga batere AAA yang bisa dicharge merk Energizer adalah sekitar 60 ribu sepasang atau 6 kali lebih mahal dari AAA non-charge. Dan chargernya sendiri berharga 120 ribu untuk yang charge biasa. Artinya menghabiskan 180 ribu di awal atau membeli 11 ribu tapi terus-terusan.

Istri pun nanya, ini maenan mau bertahan brapa lama. Aku jawab, paling gak satu tahun deh. Jadi kalo dihitung bahwa harga investasi charger plus batere charge adalah 180 ribu atau 18 kali dari harga batere biasa, maka dipilihlah batere charger untuk mendukung maenan ini.

Maenan ini dipake di kantor, di kampus dan juga ketika jalan-jalan. Sampe dibilang ama anak-anak di kampus sebagai paparazi. Hasilnya aku upload ke milis kampus sehingga semua orang bisa lihat secara langsung.

Semoga maenan ini bertahan lama, minimal untuk 18 minggu pertama (mengingat investasinya yang 18 kali harga batere biasa).

Di atas ada dua contoh foto yang aku ambil. Ini ketika di kampus. Terlihat bahwa kedua model sebenarnya kaget difoto....hehehe

Jumat, Februari 15, 2008

Dilema Memilih Properti Bagi Pasangan Muda

Boy, 28 tahun, 8 bulan lalu baru saja menikahi gadis pilihannya, Tiara, 26 tahun. Setelah menikah mereka tinggal di rumah orang tua Tiara yang berada di tempat yang cukup strategis karena hanya beberapa kilometer dari pusat kota Jakarta.

Sebagai pasangan muda, tinggal di rumah orang tua ada baik dan buruknya. Baiknya, kita selalu dekat dengan keluarga dan juga pengeluaran harian dapat ditekan karena untuk urusan bulanan biasanya masih banyak mendapatkan subsidi. Buruknya, bila hal tersebut berlanjut, maka ada kemungkinan pasangan muda ini tidak mandiri karena terlalu nyaman mendapatkan subsidi dari orang tuanya.

Menimbang baik buruknya jika terus menetap di rumah orang tua, maka pasangan ini melakukan perhitungan mengenai projected cash flow mereka dalam lima tahun ke depan. Setelah dilakukan perhitungan dengan beberapa asumsi yang disepakati, maka dapat disimpulkan bahwa pasangan tersebut dapat menghemat dengan jumlah yang cukup signifikan bila tetap di rumah orang tua. Penghematan tersebut bila dikumpulkan dalam waktu lima tahun dapat digunakan sebagai uang muka membeli properti di kawasan yang cukup strategis, tentunya dengan menggunakan asumsi bahwa dalam lima tahun ke depan nilai properti pun juga sudah merangkak naik.

Dilihat dari potensi tersebut, maka keputusan untuk tetap tinggal di rumah orang tua cukup menggiurkan. Namun pasangan ini juga berasumsi bahwa jika mereka memiliki tabungan uang yang cukup besar, maka ada kemungkinan uang tersebut bukannya disimpan untuk kepentingan membeli properti tetapi malah digunakan untuk membeli barang-barang konsumtif yang mempunyai nilai semakin menurun seiring berjalannya waktu. Mungkin saja pasangan ini mempunyai barang elektronik mewah, atau membeli fashion dan gadget terkini, atau bisa juga mengganti kendaraan dengan yang lebih baru walaupun yang lama masih layak digunakan dengan alasan sudah tua.

Bila hal tersebut yang terjadi, maka ada kemungkinan properti yang diidam-idamkan tidak mampu diperoleh dalam beberapa tahun ke depan karena memang uangnya sudah terpakai untuk membeli hal yang lain di luar rencana semula. Godaan menggunakan uang untuk kepentingan yang lain tersebut sangat besar walaupun mereka bertekad untuk konsisten.

Untuk itu, pasangan muda ini kemudian memutuskan untuk membeli properti yang ada di Jakarta dan sekitarnya dengan tujuan untuk menggunakan uang secara disiplin agar tidak habis untuk hal-hal yang dianggap kurang penting. Pasangan ini menyadari bahwa saat ini mereka hanya mampu membeli properti di tempat yang kurang strategis walaupun mereka mendapatkan subsidi uang muka dari orang tua. Setelah kembali melakukan perhitungan projected cash flow, maka didapatkan jumlah cicilan per bulan maksimum yang masih dapat dipenuhi oleh pasangan tersebut. Dengan suku bunga yang berlaku saat ini, pasangan tersebut dapat mengetahui plafon harga properti yang ingin dibelinya.

Dengan plafon harga yang sudah didapatkan, maka saat itulah pasangan ini dapat mulai mencari properti yang sesuai keinginan. Kriteria pemilihan properti pun mulai ditetapkan. Kriteria-kriteria tersebut adalah:
1. Lokasi
Walaupun mengetahui bahwa mereka tidak akan mendapatkan lokasi yang sangat strategis karena mempunyai budget yang terbatas dan sadar diri, tapi mereka berusaha untuk men-dapatkan lokasi yang paling strategis dengan budget tersebut.
2. Kenyamanan
Semakin nyaman tentu semakin baik. Kenyamanan ini tentunya banyak yang harus dapat dipenuhi, mulai dari bebas banjir, keamanan yang terjamin hingga suasana tempat yang menye-jukkan. Di samping itu, fasilitas publik yang memadai menjadi standar minimal.
3. Harga
Biarpun dari awal sudah ditentukan budget maksimumnya, tetap saja harga menjadi bahan pertimbangan. Dengan melakukan survey terhadap lokasi fisik dapat diketahui apakah harga yang ditawarkan sesuai, kemahalan atau kemurahan dengan fasilitas yang ditawarkan.
4. Keluarga
Tidak dapat dipungkiri, walaupun keputusan membeli properti merupakan keputusan pasangan ini, tapi pengaruh keluarga pun juga masuk menjadi salah satu kriteria penilaian.

Setelah mengetahui kriteria yang diinginkan, maka pencarian tempat properti pun menjadi aktifitas berikutnya. Pameran properti, media massa dan media elektronik dapat dijadikan rujukan untuk tempat pencarian properti. Dari situ dapat dipilah-pilah properti mana saja yang masuk dalam budget dan yang tidak masuk dalam budget. Tentunya properti dengan lokasi yang sangat strategis dan harga yang jauh melebihi budget langsung masuk kotak. Demikian juga dengan lokasi yang sangat tidak strategis tanpa harus melihat harga.

Diharapkan dengan memperoleh banyak informasi mengenai properti, dapat dipilih beberapa kandidat terbaik yang masuk budget, juga mempunyai lokasi dan kenyamanan yang masih dapat ditolerir. Dari beberapa kandidat tersebut dapat dilakukan seleksi berdasarkan kriteria-kriteria yang ada dengan memprioritaskan kriteria-kriteria yang ditentukan sebelumnya sebagai bahan pertimbangan.

Mungkin saja pasangan tersebut memilih kriteria harga sebagai kriteria utama. Dilanjutkan dengan kriteria lokasi dan kemudian kriteria kenyamanan. Namun jangan juga dilupakan kriteria keluarga. Walaupun dianggap keluarga hanya untuk mempengaruhi, tapi kadang dapat juga menjadi kriteria paling utama. Bisa saja pilihan sudah diputuskan, namun dibatalkan karena orang tua tidak setuju dengan pilihan tersebut.

Memang, memilih properti tidak semudah yang dibayangkan, karena harus mempertimbangkan berbagai faktor termasuk faktor kecocokan. Walaupun sudah berusaha untuk memilih secara sistematis berdasarkan kriteria yang disepakati dari awal, tetap saja, intuitif seseorang yang menentukan apakah keputusan membeli akhirnya dilakukan atau tidak.

Selasa, Februari 05, 2008

Bersepeda Motor Seperti Bersepeda

Mengendarai motor seperti bersepeda? bukannya emang begitu? kan keduanya sama-sama beroda dua, trus apa istimewanya? Nah inilah istimewanya.

Saya memperhatikan ada sebagian pengendara sepeda motor masih menganggap dirinya seperti mengendarai sepeda. Padahal untuk dapat mengendarai sepeda motor secara reguler diperlukan adanya Surat Ijin Mengemudi (SIM) yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang, dengan kata lain, jika seseorang sudah memiliki SIM, artinya dia sudah lulus tes untuk mendapatkan SIM.

Beberapa kesamaan antara pengendara motor yang seperti bersepeda saya rangkumkan sebagai berikut

1. Tidak Memakai Peralatan Safety, terutama Helm.
Jika ingin mengendarai motor, maka helm mutlak digunakan dan bila tidak digunakan berarti melanggar peraturan. Peralatan safety lain seperti jaket, sarung tangan, dan sepatu merupakan pilihan untuk aman berkendara (safety). Banyak sekali terlihat pengendara motor yang tidak melakukan hal tersebut. Terutama di kampung-kampung atau di komplek perumahan. Alasannya terutama adalah : TIDAK ADA POLISI. Oleh karena itu sangat jarang ditemukan pengendara motor tidak menggunakan helm (apapun bentuknya) di jalan-jalan protokol karena kemungkinan ditilangnya sangat besar.
Bagaimana dengan sepeda? Memakai helm dan peralatan safety lainnya adalah pilihan. Tapi tidak memakainya pun tidak melanggar peraturan. Malah saya sangat salut kepada pengendara sepeda yang memakai peralatan safetynya ketika bersepeda. Menurut logika saya, jika pake sepeda aja sudah memakai peralatan safety, tentunya ketika mengendarai motor pun peralatan safety-nya tidak kalah lengkapnya.

2. Berkendara di Trotoar.
Nah yang ini dilakukan terutama kalau jalanan macet. Paling sering nih!!! Karena sistemnya kalo ada space asalkan muat, ya terobos aja. Nah kalo space sama sekali tertutup, ya tinggal trotoar satu-satunya jalan. Apakah ini melanggar peraturan? aku terus terang saja tidak tahu, tapi yang aku tahu yang namanya trotoar kan buat pejalan kaki.
Bagaimana dengan sepeda? Aku rasa trotoar merupakan salah satu jalan yang paling bagus buat naik sepeda. Sayangnya trotoar banyak yang rusak, dan yang cukup bagus hanya trotoar yang ada di jalan protokol. Malah sepeda akan lebih aman bila di trotoar daripada di jalanan.

3. Menyebrang di Jembatan Penyebrangan.
Aha, ini dia kelakuan pengendara motor yang lain. Daripada muter jauh-jauh, mendingan lewat jembatan penyebrangan. Toh biasanya di jembatan penyebrangan ada jalur yang bisa dilewati motor. Tapi bukankah aktifitas seperti ini melanggar peraturan?
Bagaimana dengan sepeda? Aku rasa jembatan penyebrangan pun memang menjadi tempat yang ideal untuk menyebrang. Dan karena sepeda itu ringan, gak terlalu sulit untuk mengangkatnya ketika naik tangga. Lagipula hal ini pun legal.

4. Berkendara Melawan Arah.
Waduh, yang ini sering dijumpai pada tempat-tempat keramaian. Biasanya pengendara motor berjalan melawan arah di arah yang paling kiri dari arus yang dilawannya. Jalannya pelan, dan diam-diam. Alasan yang biasa dikemukakan adalah, DARIPADA MUTER, MENDING BEGINI, LEBIH EFISIEN.
Bagaimana dengan sepeda? Melawan arus pun biasa dilakukan oleh pengguna sepeda. Tapi apakah yang seperti ini legal? Saya rasa walaupun secara etika berkendara tidak dibenarkan, tetap saja masih bisa dianggap legal. Lagipula tidak ada ketentuan khusus yang memayungi aturan mengenai bersepeda.

Saya rasa 4 hal saja sudah mewakili beberapa perilaku pengendara motor yang sama dengan pengendara sepeda. Ketika perilaku tersebut dilakukan oleh pengendara sepeda, maka hal itu adalah legal walaupun kadang tidak terlalu sesuai dengan etika. Namun, ketika pengendara motor melakukan hal tersebut, maka dapat disebut melanggar peraturan.

Kenapa input yang sama bisa menghasilkan output yang berbeda? Tentunya karena prosesnya pun berbeda. Sepeda Motor dan Sepeda adalah dua kendaraan yang sangat berbeda. Cara mengendarainya pun berbeda, walaupun sama-sama kendaraan roda dua. Jika anda ingin mengendarai sepeda motor, maka berlakulah seperti anda mengendarai sepeda motor, demikian pula sebaliknya. Aku tidak mengharapkan bahwa pengendara sepeda harus menggunakan jaket, sarung tangan, sepatu boot untuk bersepeda, tapi aku juga tidak mengharapkan pengendara motor berlaku seperti mengendarai sepeda.

Ketika anda mengendarai motor, maka ketika itu pula peraturan lalu-lintas berlaku. Jadi jika anda pengendara motor dan masih berbuat layaknya sepertinya pengendara sepeda, maka segera ubah mind-set anda. Tentunya dengan seluruh pengendara motor mengubah mind-set-nya, berkendara sepeda motor akan menjadi lebih tertib dan tidak lagi menjadi kambing hitam di jalan raya.